Friday, June 01, 2007

Merdeka!

Akhirnya gue berhasil lulus!

Setelah tujuh setengah tahun gue bekerja dan belajar ditempat itu akhirnya per 31 Mei 2007 kemarin gue resmi mengundurkan diri. Keluar dari tempat dimana suasana ke-memonotonannya dan manusia2nya begitu familiar buat lima panca-indera gue. Agak2 sedih juga, tapi jika saat itu gue punya sedikit rasa ragu seperti tahun2 sebelumnya- bisa dipastikan gue akan selalu terjepit selamanya ditempat itu.

Senangnyaa... gue tidak perlu lagi menjalani rutinitas berangkat kerja setiap hari. Gue bisa bangun tidur sesiang mungkin! Juga punya banyak waktu buat memikirkan apa yang saat ini ingin gue lakukan buat kedepannya. Hmm...

Tuesday, April 17, 2007

Sepatu Cupu!!

Kemarin malam setelah pulang kantor gue mampir dulu ke Pasaraya Grande, iseng, untuk sekedar window shopping karena rasanya sudah lama gue tidak pergi "meninjau" mall atau plaza2 semacam itu.

Setelah cukup lama lihat sana lihat sini tengok sana tengok sini, akhirnya gue sampai diseksi sepatu wanita. Diskon dimana-mana, bo! Untungnya gue tidak terlalu tertarik karena gue ini kan memang kurang konsumtif dalam urusan belanja barang2 perempuan. Namun saat gue berada di counter sepatu agak disudut gedung yang sepi dari pengunjung, gue melihat sepatu itu tertata diatas display. Town Shoe. Sepatu sandal coklat dengan tumit tinggi. Duh! Ini dia, jenis sepatu kesukaan gue yang susah sekali dicarinya. Bisa dimaklumi, karena sepatu ini bukan jenis sepatu model terbaru yang trendy dan up to date- bukan jenis sepatu yang digemari kalangan yang modis & fashionable- malah mungkin seharusnya sudah tidak dijual lagi, karena umumnya model sepatu2 sandal yang dijual sekarang ini bertumit flat, which I have 2 pairs already.



Coba punya coba ternyata sepatu itu pas banget dikaki gue. Dipakainya juga terasa enak, empuk, & nyaman. Buru2 gue tengok berapa harganya. Gue mendadak melongo, lalu mendekati seorang pramuniaga didekat situ.
"Ini benar harganya mbak?" Tanya gue.
Pramuniaga itu membaca label harga sepatu itu, " Iya, itu harga spesial, dua puluh ribu" Jawabnya. Alamak! Ternyata gue memang nggak salah baca : Dua Puluh Ribu Rupiah! Rp. 20.000,- !!! Hu? Hari gene di Pasaraya Grande jual sepatu seharga dua puluh ribu perak??? *Mencurigakan* Di kakilima pun mesti ngotot tawar menawarnya dulu. Kalaupun di kakilima ada yg menjual dengan harga yang sama atau bahkan dengan harga lebih rendah, kualitas buatannya sudah jelas kasar. Tapi sepatu ditangan gue ini buatannya halus, rapi dan empuk dipakainya.
Dua puluh menit berpikir- setelah gue sempat meninggalkan counter itu- gue pun balik lagi kesitu. Gue ambil yang warna coklat & hitam. Dua pasang sekaligus! Total harga keduanya bahkan tidak sampai lima puluh ribu perak!

Hari ini gue pun ke kantor mengenakan sepatu baru gue yang warnanya coklat. Saat siangnya di kantor tiba2 sepatu yang kiri mulai mengeluarkan bunyi tiap kali gue berjalan, namun gue tidak terlalu menggubrisnya karena menurut gue sepatu baru atau lama kadang memang suka mengeluarkan sedikit bunyi yang nantinya akan hilang dengan sendirinya. Namun beberapa lama setelah itu saat gue duduk dan mengamati sepatu kiri gue itu. Damn! Dari samping barulah terlihat hak sepatu itu terlepas dari alasnya! Hanya ujung2nya saja yang masih menempel. Sialan!
"Lin! Tolong belikan Aica Aibon yang kecil ya, cepet!" Teriak gue sambil menyerahkan selembar sepuluh ribuan ke Lina si office girl dikantor. Namun setelah gue melekatkannya dengan aica aibon seharga 7000 perak, sepatu itu malah terlihat jelek, kacau, dan kekuatannya diragukan. Aargh!! Goblok banget sih gue? Kenapa tadi gak kepikiran langsung ke tukang sol sepatu sih??
"Lin, tolong bawa aja nih ke tukang sol sepatu dipasar. Minta dijait ya!"
Setengah jam kemudian Lina kembali membawa sepatu itu yang sekarang sudah terjahit rapi dan kuat dipakainya karena alasnya dijahit langsung disepatu. Gue puaaass, banget!
"Dua belas ribu mbak, sama ongkos kepasarnya" Kata Lina.

Hhhh! Begitulah akhir cerita sepatu dua puluh ribu perak gue. Singkat cerita : Jangan berharap banyak dari barang murah. Buntut2nya, dengan beli Aica Aibon dan servis di tukang sol sepatu, akhirnya total harga sepatu itu jadi dua kali lipatnya : tiga puluh sembilan ribu perak!
Iya, Jadi Rp. 39.000,- juga akhirnya :)

Wednesday, March 28, 2007

Ladies, how do you wearing your bra?


Sebenarnya ini perkara sepele, tapi agak mengganggu pikiran gua. Ada seorang teman yang gak bisa mengingat alias gak yakin yang mana KIRI dan yang mana KANAN. Seumuran gueee ... Aneh gak sih? Gue gak ngerti ini memang karena dia goblok apa memang penyakit? Keanehannya ini bikin gue bete & gregetan sendiri, bayangkan saja, dia ini insinyur - bisa mengingat banyak hal2 termasuk rumus2 rumit- tapi mengapa hanya mengingat KIRI dan KANAN dia gak mampu? Bayangin coba, gimana kalo dia bawa mobil/motor? Hadeeuuh, bisa2 dia kasih sign ke kiri ternyata dia belok ke kanan. Kasih sign ke kanan ternyata dia belok ke kiri. AARRGGHH!!
Dan tiap kali teringat dia gue sekaligus mengingat keanehannya yang lain yakni cara kebiasaannya mengenakan bra.
*Nah! Mulai gak nyambung kan?*

Oke, sebenarnya disini gue mau ngebahas cara perempuan2 mengenakan bra- bukan masalah tidak bisa membedakan mana kiri dan kanan.

Pertama kalinya gue tauk bahwa ada perempuan2 yang mengenakan bra dengan cara yang aneh adalah saat gue esema. Ya, karena teman gue yang aneh ini- sejak saat itu gue pun tahu bahwa ada banyak perempuan2 diluar sana yang mengenakan bra dengan cara yang sama lucu dan sama anehnya dengan dia. Dan mereka semua beranggapan bahwa cara itu sama sekali tidak aneh! Hihihiiii... ajaib

Femina No.17/XXXIV 2006Lets see, sejak pertama kalinya gue mengenakan bra gue biasa mengenakan bra dengan cara langsung menaruh tali2 bra dipundak sebelum mengaitkannya dibelakang punggung. Bukankah memang begini caranya? Iya kan? Unless- kecuali- kalo pengaitnya didesain didepan, itu lain soal. But tetapi,.. cara teman gue ini lain. Pertama-tama dia mengaitkan bra didada (depan) kemudian memutarnya kebelakang dan setelah itu barulah mengenakan tali2nya ke pundak. Hhhm,... cara yang aneh banget ya? Cemen, gak praktis, dan mudah merusak bra.


Inilah awal penasaran gue dengan cara perempuan2 lain mengenakan bra, hingga setiap kali ada kesempatan gue merasa perlu menanyakannya langsung. Dan hasilnya diluar dugaan gue *Seharusnya gue mengadakan polling khusus untuk hal satu ini ya?* karena ternyata 6 dari 10 orang perempuan yang pernah gue tanya itu mengenakan bra dengan cara yang lucu itu! *GUBRAKS!!* Omaigoooooott.... gue merasa mau nangis dan mau ketawa.

Mereka bilang mengenakan bra dengan cara aneh mereka itu sama sekali tidak merepotkan. Iya, mungkin memang tidak merepotkan, tapi tidak praktis karena membutuhkan lebih banyak gerakan dan yang jelas ANEH BANGET ah! Apa susahnya sih mengaitkan bra langsung di punggung?? Memangnya sewaktu kecil syaraf motorik tangan mereka kurang dilatih, apa? Hehhee ..

Kemarin2 karena terlalu penasaran- gue sibuk mencari artikel2 diinternet dan dimajalah2, untuk mencari tahu bagaimana CARA PEMAKAIAN BRA YANG BENAR itu. Pada akhirnya gue menemukan artikel tersebut dimajalah Femina No.17/XXXIV thn 2006. Dan ternyata memang cara gue mengenakan bra selama inilah yang benar. Doh! Padahal gue hampir saja frustasi memikirkan bahwa cara gue itulah yang aneh. Eheee... ternyata memang cara mereka itulah yang aneh.

Sebenarnya bagaimanapun cara perempuan2 lain mengenakan bra bukanlah urusan gue. Namun hal2 sepele yang dilakukan dengan cara yang aneh selalu membuat gue penasaran.

So, gals, how do you wearing your bra?

Thursday, March 08, 2007

IndonesiaKu, indonesiaMu

Tsunami,
Gempa bumi,
Banjir,
Badai angin,
Tornado,
Tanah longsor,

*Kurang bencana apa lagi, coba?!?*

Kecelakaan lalu lintas,
Kecelakaan ferry,
Kecelakaan Kereta api,
Kecelakaan Pesawat terbang,

*Kurang celaka yang gimana lagi, coba?!?*

[Anyway, semalam bahkan ada berita buruk lagi : 3 orang tewas tertimpa billboard raksasa di Serang. Ngeri gak sih? Barang ukuran raksasa yg diem ditempat tiba2 rubuh menimpa orang?]

Rasanya sedih & prihatin jika setiap hari sepanjang tahun kita harus mendengar kabar buruk tentang bencana ini itu - kecelakaan ini itu, disana sini, hampir diseluruh nusantara. Kenapa ya, hal2 apdet di Indonesia hanya bencana & kecelakaan?

Gue gak bermaksud melucu diatas penderitaan orang, tapi jika ini dilombakan sepertinya Indonesia pasti berhasil dalam meraih Juara I Lomba Sumber Berita Paling Buruk Terbaik di Dunia sepanjang tahun.

Doh! Kita sial betul ya?

Tuesday, February 20, 2007

Sakit Gigi!


Tobaaaaat!
Seminggu terakhir ini gue sakit gigi di geraham bungsu kanan. Sebenarnya bukan gigi atau gusinya yang sakit, tapi underneath gusinya itu sendiri. Heran juga- padahal seingat gue gigi dan syaraf disitu semuanya sudah mati, tapi kok masih aja sakit ya? Awalnya memang gue diemin aja, yah, paling2 cuma sakit sebentar- biasanya paling apes 1 - hari. Tapi nyatanya? Udah lebih dari satu minggu cekot2 ini gak ilang2.

Hari selasa lalu sakit yang gue alami sedang dahsyat2nya. Pagi2 buta gue terbangun hanya untuk menangis meraung2. Gila! Gila! Gila! Sakitnya boooo,... luar biasa! Nyerinya sampai menjalar ke kuping turun ke leher. Nina sampai ikutan menangis karena selama ini dia belum pernah melihat gue menangis. Semua orang menyarankan agar gue lekas2 ke dokter gigi! Tapi sumpah, dari gue kecil sampai hari gini gue paling TIDAK MAU berurusan dengan dokter gigi - karena GUE TAKUT, booo. No way! Membayangkan kursi dokter dan instruments-nya saja sudah bisa bikin gue semaput! Waktu kecil, gue harus diseret terlebih dulu untuk datang dan duduk di kursi dokter. Jadi sekarang karena takut ke dokter- gue bolak-balik minum Ponstan 500mg dan Cataflam 50gr hanya untuk mengurangi rasa sakit ini. Tapi justru karena terlalu sering mengkonsumsi Ponstan- efektifitas obat itu malah jadi berkurang & rasa nyerinya sendiri malah tidak berkurang. Parah! Ibu kos gue bahkan sampe ikutan sibuk merebuskan daun sirih untuk dikumur dan untuk diminum. Percaya gak percaya sih, tapi gak ada salahya gue ikutin anjurannya.
Namun karena sudah tidak tahan lagi & karena cemas jika berlarut-larut nyeri ini akan mempengaruhi syaraf mata dll, akhirnya gue 'terpaksa' datang juga ke dokter. Singkat cerita, uh, setan- ternyata tidak seseram dan tidak sesakit yang selama ini selalu gue bayangkan. Hhhm, hanya saja bu dokter butuh waktu cukup lama buat membujuk gue agar mau buka mulut *blushing*

Sungguh bodoh ada lagu dangdut yang bilang "Lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati". Huh! Lebih baik sakit hati, bisa gue telan bulat2! Beres.