Wednesday, November 30, 2005

Gak Beradab!

Lagi2 mengenai perilaku aparat polisi, tepatnya reserse! Ini yang gue lihat diberita TV mengenai tertangkapnya buronan pembunuh direktur PT. ASABA yang memang sudah beberapa kali minggat dari tahanan. Gue asli emosi melihat tayangannya : Buronan itu dengan tubuh berkeringat dan kepalanya yang berdarah digiring hanya bercelana kolor. Kedua kaki dan tangannya dirantai. Yang menyedihkan, lehernyapun dijerat dengan dua utas tambang yang ikut ditarik saat ia digiring. Bener2 gak manusiawi! *apa reserse itu pikir dia hewan ternak??* Oke, dia memang pembunuh bayaran dan sudah sering kabur dari tahanan, tapi kalo gue lihat dari level kejahatannya, orang itu masih tidak seberapa jika dibanding dengan pembunuh2 sadis yang berulang kali membunuh bahkan sampai tega2nya memotong korbannya. Kalo boleh memilih buat berlaku kejam dan gak beradab- menurut gua para teroris fanatik keparat yang tertangkap kemarin2 itu masih lebih pantas buat diperlakukan seperti itu. Tapi yang gue lihat mereka malah diperlakukan dengan layak sekali, bahkan mereka terlihat "happy2" saja. Great!
Seharusnya para reserse itu, atau polisi, atau anggota TNI, atau intel, atau apalah- sebaiknya bisa sedikit jaim, lebih beradab, dan bertindak sewajarnya. Jangan pernah merasa punya kuasa buat bertindak semena-mana seperti contoh diatas tadi. Apalagi buronan ini mantan marinir, so, rasanya mereka sendiri pun pasti gak mauk berada diposisi dan kondisi seperti buronan ini.
Aparat yang sok jagoan dan yang menyebalkan kek begini ini nih, yang bikin gue sengit & hilang respek.

Friday, November 25, 2005


** Book i'm reading this week :
- Graham Greene, The Tenth Man
- Ross Mac-Donald, The Goodbye Look

Saturday, November 12, 2005

Si Aki Bikin Ulah, part 2

Kejadian kedua terjadi di Jogja. Jam 11 malam Yangkung ribut minta pulang. So, semua orang sibuk packing. Dan saat semua beres Yangkung malah tenang2 saja dikamarnya, rupanya ia lupa kalo tadi minta pulang. Hhh! Tengil ya? Jam 2 malem dia malah bilang ingin ke Semarang! Wah, ngarang bener! Kita cuma mengiyakan saja, padahal sih tujuan tetap ke Garut lalu balik ke Jakarta. Mbak Yayuk bilang : 'Gak apa2 langsung aja ke Garut, toh yangkung juga gak bisa bedain jalannya'
Finally, jam 3 malam perjalanan konvoi dimulai. Yangkung duduk dimobil urutan paling belakang yang disupiri mas Yoyok didampingi oom Igiet, dengan penumpang Yang-uti dan 4 orang keponakan gue yang mayoritas ABG under 16 years old. Gue sendiri dimobil kedua dibelakang mobil mas Ayiek yang melesat jauh didepan (Semuanya 7 buah mobil kebelakang). Baru satu jam perjalanan tiba2 mobil2 mas Ayiek menepi dan otomatis kita semua yang dibelakangnya ikut menepi, lalu mas Ayiek telpon dan menyuruh kita melanjutkan perjalanan lebih dulu sementara dia sendiri berencana muter balik lagi. Mas Ayiek cuma bilang, "Yangkung bikin ulah lagi", lalu dia pergi menuju arah sebelumnya. Wah!
Setelah beberapa jam berlalu, konvoi berkumpul di restoran Pringsewu sekalian beristirahat dan makan pagi sekaligus menunggu mas Ayiek. Gak lama kemudian mobil mas Ayiek datang dengan disesaki 4 penumpang ekstra, yakni para keponakan2 gue yang tadinya ada dimobil Yangkung. Halah, penuhnya mak!
Gue penasaran banget, ada kejadiaan apa lagi tadi malam? Keponakan2 gue yang tadi semobil dengan Yangkung semua turun dari mobil dengan wajah cemberut. Belakangan2nya setelah rasa jengkelnya hilang, Astrid baru maok cerita : Tadi malam ditengah perjalanan Yangkung minta buang air kecil. Dijalanan luar kota didaerah dan dipagi buta buta seperti itu mana ada tempat buat berhenti pipis? Mauk nggak mauk ya harus menepi dan pipis dipinggir jalan. Saat mobil menepi Yangkung malah berputar kedepan kanan mobil lalu duduk diatas aspal dengan meletakkan kedua kakinya persis didepan roda kanan depan, lalu berteriak. "Aku mauk pulang! Aku gak maok ke Semarang! Udah, aku dilindes aja sekalian! Cepat lindes aja!", gitu, sambil memukuli body mobil dengan sandalnya (sampai jadi sedikit penyok). Yaolooh, siapa juga yg mo ke Semarang? Lagian tadi Yangkung sendiri yg minta ke Semarang! Parah. Saat kejadian itu semua anak2 dimobil menangis, Yang-Uti hanya bisa diam, dan mas Yoyok menjauh dari mobil, jengkel setengah mati- sudah malas membujuk. Hanya Oom Igiet yang sibuk ngasih tanda ditengah jalan kepada mobil2 yang lewat agar berhati2. Kakek2 duduk ditengah jalan dipagi buta dengan kedua kaki mengganjal persis didepan mobil pasti bukanlah pemandangan yang lazim. Malu2in gak sih? Untung saja saat itu masih pagi buta dan jalanan masih terbilang sepi. Sewaktu mas Ayiek tiba ditempat kejadian, anak2 langsung turun semua dari "mobil perkara" lalu pindah ke mobil mas Ayiek. Sedangkan mas Ayiek sendiri tanpa banyak bicara langsung keluar dan menarik Yangkung bangun dengan dibantu mas Yoyok lalu dipapah dengan paksa masuk kemobil. Sebelum masuk Yangkung sempat berpegangan pada pintu mobil dan berusaha mematahkannya dengan cara men-dorong2nya kearah luar dengan kuat sampai terdengar bunyi "krek". Saat itu semua orang sudah jengkel setengah mati. Yangkung dipaksa duduk diam disebelah Yang-Uti. Anak2 gak ada yg mauk balik kembali ke mobil itu, bahkan sebetulnya mas Yoyok dan oom Igiet pun sudah males banget harus kembali ke mobil itu. Biar gak ribet- setelah berembuk mas Ayiek memutuskan agar Yangkung dan YangUti lebih baik dibawa pulang langsung ke Jakarta oleh mas Yoyok dengan didampingi oom Igiet, yang mana sesampainya nanti mereka di Jakarta mereka akan segera kembali menyusul ke Garut (Duh, capeknya!). Kali ini nonstop! Gak ada urusan pipis- gak ada urusan makan- gak ada berhenti2 lagi (bahkan kalo perlu lakukan semuanya dimobil). Langsung ke Jakarta nonstop! Huee, sedangkan kita semuanya masih sesuai dengan rencana ke Garut dulu sebelum pulang Jakarta. Kasihan keponakan2 gue yang tadi satu mobil dengan yangkung, karena tergesa-gesa kesal dan panik, barang2 (Hp, sandal2, jaket) dan tas pakaian mereka terbawa dimobil yang membawa Yangkung pulang ke Jakarta. Jadi mereka terpaksa harus menunggu mobil kembali lagi dari Jakarta.
Waaaah, ada nggak sih yang punya pengalaman mirip kayak gini? Duh, semoga mami dan gue saat tua nanti gak seperti itu ya?

Friday, November 11, 2005

Si Aki Bikin Ulah, part 1

Kata orang2 semakin tua usia seseorang bisa semakin kekanak-kanakan tingkah lakunya. Ya, mungkin ini tidak selalu terjadi pada setiap orang. Tapi percaya nggak percaya gue sudah membuktikannya sendiri. Yangkung umurnya hampir 80 tahun, lemah, dan jalan pun sudah susah. Kejadiaannya baru saja terjadi saat Tour de Java kemarin. Sebetulnya ini bukan kejadian pertama ya? Semua ulah yangkung sebetulnya nyebelin, tapi sekaligus mengundang rasa geli yang bisa membuat kita keluarganya cekikikan.
Saat di Kebumen kemarin, Yangkung tiba2 kabur- menghilang! Itu sekitar jam 11 siang & kehebohan pun muncul, tidak hanya keluarga yang panik, tapi setelah beberapa jam dicari tidak ketemu- dan entah bagaimana tiba2 polisi terlibat. Kebumen itu kota kecil yang mayoritas penduduknya saling kenal, jadi otomatis hampir semua orang satu Kebumen tahu kalo ada kakek2 yang tengah melarikan diri dari rumah! Tengsin deh. Ending cerita berakhir dengan ditemukannya Yangkung naik becak disekitar Prembun yang jaraknya belasan km dari Kebumen! Halah!
Jadi ceritanya begini : Karena kita semua gak bakalan cukup tinggal disitu, kita menginap di losmen gak jauh dari situ & sesuai rencana yang sudah Yangkung setujui sendiri, hanya Yangkung tinggal dirumah itu. Dan entah kenapa pagi itu saat semua orang sedang tidak ada disekitarnya, Yangkung berpikiran bahwa kita semua meninggalkan dia disitu. So pergilah dia keluar dan menyetop sebuah becak. Saat itulah Mbak Leny yang kebetulan keluar dari kamar melihatnya lalu buru2 lari dan berusaha mencegah becak pergi. Tapi Mbak Leny malah disikut dan ditinju Yangkung. Huuahhahaa. Karena saat itu nggak ada siapa2 disitu Mbak Leny ngotot ikutan naik keatas becak, meski saat itu ia nggak berpakaian proper, nggak bawa HP dan nggak mengantungi uang sepeserpun. Mana sempat? Bisa2 kehilangan jejak Yangkung!
Wah, ceritanya panjang! Tapi saat di becak setiap kali Mbak Leny bicara ia selalu dibentak Yangkung, akhirnya dia cuma bisa duduk diam saja disebelahnya. Entah kemana sebenarnya tujuan Yangkung- bahkan tukang becaknya pun nggak tauk mo kemana. Pake acara muterin tugu didaerah hhmm, lupa, sampe 3 kali, kesasar, dan Mbak Leny pake acara kebelet pipis segala. Saat itulah Mbak Leny punya ide pura2 mo pipis dan meminta sedikit uang sama Yangkung (pura2nya buat bayar WC). Untung Yangkung masih berbaik hati mo ngasih uang & bersedia menunggu dibecak! Saat itulah Mbak Leny menyelinap ke Wartel lalu menelepon Mas Hardo buat ngasih tauk posisi mereka. Gua sih kasihan sama abang becaknya. Mbak Leny bilang perjalanan becaknya mulai dari jalannya kenceng sampe akhirnya pelaaan, banget! Mereka ditemukan jam setengah 6 sore dipinggir jalan kota Prembun. Baru kali itu ada tukang becak dibayar 85 rebu!

Dan ini baru awalnya doang....

Thursday, November 10, 2005

Java Road Trip

Liburan Lebaran kemaren semingguan ikut Tour de Java, maksudnya sih jalan2 keliling Jawa gitu loh, dan gue gak bisa menyebutnya pulang kampung, karena malah jadi membingungkan. Kampungnya siapa? Orang2 tua dikeluarga gue malah kebanyakan lahir dan besar di Jakarta. Tapi biar bagaimana pun kampungnya nenek moyang keluarga besar gue, ya, kampung gue juga kan? Lagipula gue masih punya cukup banyak saudara tersebar di pulau Jawa. So, road trip seperti ini bikin gue excited karena yang pertama kali sejak 6 tahun terakhir.
Singkat cerita : Dengan 7 kendaraan yang masing2nya mengangkut penumpang pas sesuai jumlah bangku (hehehhe... ada 40an kepala tuh, persisnya berapa gue gak ngitungin), kita start konvoi di H1 lebaran. Tujuan awal, Bandung. Semalam di Bandung besoknya kita mulai bergerak ke Jawa Tengah. Mampir di Gombong, Kebumen, Kutowinangun, dan Prembun, lalu kita ke Purworejo. Ih, senangnya bisa main2 dikali dan mondar-mandir naik gethek! Satu malam di Purworejo kita ke Jogja dan menginap dua malam. Di Jogja, kalo nggak borong2 handycraft dan perak rasanya nggak sopan. Hehhehe. Subuh2 kita melanjutkan perjalanan balik ke Jakarta. Sebelumnya mampir dulu di Garut satu malam buat mandi2 dan berenang air panas. Ini yang menarik! Air panas disini mengalir melalui pipa tanpa keran. Mengalir nggak ada habis2nya, sampai2 gue yang biasa hemat air di Jakarta jadi 'nelangsa'. Begitu banyak air panas mengalir luber tanpa ada habisnya. Ck, ck, ck! Ngiri banget! Seandainya dirumah bisa begitu.
Finally, di H6 kita kembali di Jakarta dengan belanjaan dan bertumpuk-tumpuk cucian kotor.